Rainbow
Rated: T
Pair: Tetsu x Hyde,
Sakura x Hyde
Genre: Romance, Angst,
Hurt/Comfort
Warning(s): Shounen-Ai,
Au, OOC, miss typo (maybe?)
Author: Mist
Status: Complete
Language: Bahasa
Indonesia
Disclaimer: I don’t own
Tetsu, Hyde, Sakura and others, they belongs to theirself.
*Happy Reading!*
***
Aku
memperhatikan senyumannya yang menawan, rambutnya yang bergoyang berdansa
bersama angin yang berhembus, udara lembab menemaniku dengan laki-laki yang
kusayang di bukit kecil ini. Sesekali wajahnya menengok padaku dan tersenyum,
aku hanya bisa menunduk, menyadari bahwa
senyuman manisnya itu bukan hanya untukku seorang...
“Tetchan,
terimakasih sudah mengajakku ke tempat seindah ini, aku bisa melihat pelangi
dengan jelas,” ujarnya padaku sembari menghampiri dan duduk di sampingku. Aku
hanya mengangguk dan memperhatikan pelangi di depan kami, kulihat mata
laki-laki di sampingku dengan seksama, indah seperti gambaran pelangi di kedua
bola matanya. “Andai aku bisa mengajak Sakura ke tempat ini, apakah ia akan senang?”
ucapnya malu-malu, perlahan senyum diwajahku menghilang, kulihat pelangi sudah
mulai memudar kalah bersaing dengan warna langit biru yang perlahan berdebu,
aku hanya bisa terdiam membisu. “Dia...pasti akan senang...” kataku sambil
menatap tanah. “Benarkah? Kalau begitu kapan-kapan aku akan mengajaknya
kemari!” Hyde turun dari duduknya diatas batu di sampingku, tangannya terulur
kearah wajahku, “ayo pulang, sepertinya sudah mau turun hujan nih.” Aku
menggeleng pelan dan tersenyum pelan, “duluan saja, aku masih ingin
disini...” Hyde terdiam menatapku dan
akhirnya pergi juga, aku merasakan wajahku perlahan terbilas rintik hujan yang
menyakitkan, kuserahkan semua jiwa ragaku pada hujan, agar bisa membawa hanyut
perasaan kecewaku yang meluap, membawa pergi semua perasaanku padanya selama
ini...
--
Aku membuka
album foto di kamarku yang bernuansa biru langit, di pojok kamar berisi lukisan
warna warni pelangi, membuat kesan kamarku ramai. Perlahan kubuka satu demi
satu halaman album foto di tanganku yang perlahan bergetar, melihat
memori-memori yang kini sudah melayang dengan ricuh di kepalaku dan mengusap
salah satu wajah di foto itu, hanya dengan begini, aku bisa merasakan hangatnya
senyumannya. Senyumannya yang hangat dahulu, dimanakan sekarang?
Ponselku
bergetar perlahan, aku meraihnya dengan malas dan melihat pengirimnya, ternyata
email dari Hyde...
Tetchan, besok aku akan makan siang
bersama dengan Sakura! Rasanya senang sekali.
Aku
memandangi ponselku yang masih terpampang jelas namanya dan isi emailnya,
menutup email itu dan membuka kotak surat, membaca satu persatu email yang tak
berguna bagiku hanya dari dia seorang...
Tetchan, kau pikir Sakura menyukaiku?
Tetchan, Sakura tidak terlihat di sekolah,
apa kau pikir ia sedang sakit? Aku khawatir sekali...
Tetchan, Sakura ternyata pintar
bermain drum lho!
Tetchan, apakah aku cocok dengan
Sakura?
Tetchan, aku sangat menyukai Sakura,
doakan aku untuk mendapatkannya ya!
Aku menutup
ponselku dan melemparnya kearah kasur, sesuatu menusuk-nusuk hatiku, perasaan
seperti apa ini? Kenapa sakit sekali? Aku sampai tak bisa menahannya...
***
“Selamat
pagi, Tetchan!” sapa Hyde riang sambil menghampiriku yang tengah memasukkan
sepatu kedalam loker sekolah. Kutatap wajahnya, cerah seperti biasa, sayangnya
tak sepadan dengan wajah sang langit yang memancarkan kekusaman, seperti air
jenir yang tersiram lumpur, abu tak berwarna dan tak menarik. “Akhir-akhir ini
sering hujan ya, sayang sekali tak ada satu pelangi yang muncul...” ujarnya
sambil tertawa garing sembari menyamai langkahku menuju kelas, kelasnya berada di
samping kelasku, jadi tak heran laki-laki kecil ini selalu menungguiku untuk ke
kelas bersama.
“Tetchan,
kau sudah dapat emailku kan? Aku akan makan siang bersama dengannya nanti
siang!” ujarnya bangga.
“Benarkah?
Wow, pasti seru, aku turut senang...” jawabku sambil tersenyum, perasaan nyeri
ini datang lagi, kali ini lebih parah dari kemarin, inikah hadiah yang kudapat
karena membohongi diri sendiri? Sejak kapan aku sering membohongi diri sendiri?
--
Siang itu,
Sakura datang ke kelas Hyde disaat aku sedang ingin mengembalikan textbook Hyde
yang kupinjam karena ketinggalan, aku langsung bersembunyi di balik tembok,
berusaha mendengar pembicaraan mereka walau hanya sedikit.
“Maaf ya
Hyde, kita batalkan saja makan siangnya, cuaca sedang tidak mendukung,” ujar
Sakura, aku bisa mengintip raut wajah Hyde berubah sedih, ia hanya mengangguk
lemas dan kembali ke kelasnya sedangkan Sakura keluar dari kelas Hyde. Aku
menghampiri Hyde yang sedang tertunduk frustasi di mejanya, dengan pelan aku
menepuk kepalanya dengan textbooknya yang kupinjam.
“Tetchan?”
“Aku kesini
untuk mengembalikan bukumu, kenapa kau menangis?” tanyaku pelan lalu menarik
kursi lain dan duduk di sampingnya. Hyde terdiam sambil menatapku, perlahan air
matanya berjatuhan, aku terhenyak. Apakah sebesar ini rasa kecewanya? Kenapa
aku merasakan sakit saat melihat dua buah mata indahnya itu terbalut air mata?
Dengan
hati-hati, aku menyeka air matanya dengan ibu jariku, berusaha melihat lagi
wajah cerahnya yang kusuka, walau wajah itu menjadi lebih cerah saat bersama
Sakura. Bukankah kita akan merasa senang jika melihat orang yang kita sayangi
merasa senang juga? Di sisi lain aku senang di sisi lain aku juga merasakan
sakit yang kadang tak bisa kutahan, hanya bisa menahannya dengan menghasilkan
isakan sendu setiap malam...apakah aku cengeng?
“Mending ke
cafetaria saja yuk, aku akan traktir deh!” ajakku berusaha membuatnya semangat
kembali, senyumnya mulai merekah, walau hanya sedikit aku bisa merasa hatiku
menghangat.
***
“Nee,
Hyde...dimana kau bertemu dengan Sakura?” tanyaku tiba-tiba sambil
mengaduk-ngaduk jus pisangku, membuat toping coklatnya bercampur dengan kuning
jus menghasilkan warna yang kusam. “Aku bertemu dengannya di samping gudang
sekolah, saat Gackt dan bawahannya mengangguku, dia datang dan menolongku!” Aku
tetohok dan menyemburkan sedikit jusku, Hyde terlihat kaget dan mengelap
bibirku dengan saputangannya.
“Tetchan
jorok!” ujarnya geli.
“Maaf, tapi
Hyde...aku pernah lihat Sakura mengobrol dengan Gackt dan juga bawahannya
sangat akrab di depan gudang sekolah, kau bisa saja dalam posisi bahaya
sekarang!” kataku sambil berkeringat dingin, aku takut akan terjadi apa-apa
pada Hyde, mau dipajang dimana wajahku jika tanggung jawabku menjaga Hyde
sedari kecil hancur karena orang bernama Sakura?
“Ah, itu
tidak mungkin kan, Tetchan? Kulihat Sakura orangnya sangat baik kok...”
“Kau belum
bisa menilai orang hanya dengan gerak-geriknya saja Hyde...” Hyde terlihat
tidak senang dengan kata-kataku, ia menjauhi kursi cafe dariku dan bangkit. “Kenapa
kau jadi menganggap buruk Sakura? Kau menyebalkan!” ujarnya dengan air muka
masam lalu berlari keluar cafe. Aku memandangi badan kecilnya yang berlari
menjauh, perasaanku menjadi tak karuan, apa yang sudah kulakukan? Aku malah
membuat jarak diantara kami makin lebar, apakah ia akan membenciku setelah ini?
--
Hujan masih
belum berhenti, aku menunggui Hyde di depan loker, sudah lima belas menit
setelah bel pulang sekolah berbunyi aku masih belum melihatnya, perasaanku
makin tak enak, aku sempat memutuskan untuk mencari dikelasnya, kutanya teman sekelasnya
yang baru selesai membereskan buku-buku dan berniat pulang, “apakah kau melihat
Hyde? Dimana dia sekarang?” tanyaku khawatir. “Hyde-san? Kulihat ia kebelakang
sekolah bersama laki-laki yang lebih tinggi darinya saat aku membuang sampah,
coba saja cari dekat gudang sekolah,” jawabnya sambil tersenyum. Setelah berterima
kasih, aku langsung melesat ke belakang sekolah dan berlari menuju gudang
sekolah, tak peduli air hujan menghujaniku dengan keras, kubuka knop pintu gudang
tapi terkunci. Aneh sekali! Penjaga sekolah seingatku tak pernah mengunci pintu
gudang, kudengar suara gaduh yang samar-samar dari dalam gudang bercampur
dengan suara rintikan hujan yang menghantam tanah...
--
“Sakura-san! Kau membohongiku! Katanya ada
temanmu yang terluka dan membutuhkan bantuanku untuk mengobatinya, kenapa malah
membawaku kesini? Cepat keluarkan aku! Tetchan sedang menungguku di depan
sekolah!” gertak Hyde takut-takut, Sakura mendekatinya dan membalikkan
tubuhnya, Hyde terperanjat melihat Gackt yang sedang merokok dengan santai
dihadapannya, “ke...kenapa bisa...” ucap Hyde hampir terjatuh, kakinya tak bisa
menahan beban tubuhnya karena syok. Sakura membenturkan Hyde ke dinding gudang
membuat Hyde mengerang sakit karena kepalanya terbentur cukup keras, Gackt
mendekatinya dan mengunci pergelangan tangannya. “Apa yang mau kalian lakukan?!
Lepaskan aku!” bentak Hyde dengan sekuat tenaga, “kau cukup cantik untuk ukuran
laki-laki, Hyde-chan. Bagaimana kalau kita bermain-main sebentar?” tanya Sakura
sambil menaikkan dagu Hyde. Gackt mulai membuka sabuk Hyde dari belakang, Hyde
ketakutan luar biasa, berusaha bangun dari kenyataan yang pahit ini, ia
menggigit bibirnya dan mulai menangis. “TEEETTTSSSUUUU!!!!!” teriaknya sangat
keras.
Tetsu yang
mendengar teriakan Hyde terperanjat, ia mulai kesal dengan knop pintu dan
mengedor-ngedor pintu. “HYDE?! APA KAU DISANA?!” tanya Tetsu lagi. Karena sudah
tak ada jawaban dari dalam, Tetsu mendobrak pintu dengan keras berkali-kali dan
berhasil merobohkan pintu pada dobrakan ke-tiga. “APA YANG SEDANG KALIAN
LAKUKAN?!!?” teriak Tetsu berhasil membuat Sakura dan Gackt menoleh tak
terkecuali Hyde yang sudah lemas dan setengah dari bajunya sudah robek. “Heee,
sepertinya ada tamu tak diundang...” ujar Gackt, Sakura melepaskan Hyde membuat
laki-laki mungil itu terjatuh karena lemas. “Tetchan...” Tetsu mendelik marah,
perasaannya sudah berkecamuk, “YURUSANAI!!!!!!” Tetsu melayangkan tonjokannya
dan berhasil mengenai wajah Sakura sampai berdarah, Sakura tersenyum dan
menyuruh Gackt mengunci gerakan Tetsu, setelah itu Sakura menendangnya berkali-kali.
“Tidak...Tetsu tidak ada salah! Jangan pukuli dia! Berhenti!!!” Tetsu yang
sudah sekarat dibanting Gackt dan Sakura yang sudah kabur menoleh kepada Hyde
yang mendekatinya dengan air mata merembes deras. “Kalau air matamu turun
sebanyak itu, tak akan ada pelangi yang akan muncul...” Setelah berkata begitu,
Tetsu pun pingsan.
***
“Tetchan...Tetchan...” panggilan kecil itu
menusuk indra pendengaranku, membuatku berusaha dengan kuat membuka mata,
kulihat ada Hyde disampingku begitu juga Mama dan Ibu dari Hyde. “Jangan
menangis begitu, aku tak akan mengajakmu melihat pelangi lagi...” Hyde
terkesiap melihatku yang sudah sadar dan tersenyum walau senyum itu kulihat
sangat menyakitkan. “Syukurlah...aku takut sekali...”
--
“Maaf tante,
saya tidak bisa menjaga Hyde dengan benar...” ujarku sambil menunduk
sedalam-dalamnya, takut memperlihatkan wajah kekalahanku pada orang yang paling
berarti untuk Hyde. Nyonya Takarai memegangi pundakku dengan lembut. “Tidak
Tetsu, kau sudah menjaga Hyde dengan baik, bagaimana kalau kau tak
menyelamatkannya tadi? Apa kau bisa pikirkan apa yang akan terjadi?” tanyanya
sambil mengangkat wajahku. Mata nyonya Takarai indah seperti mata Hyde, mereka
benar-benar mirip. “Megumi, sudah saatnya kita berang—, oh, Tetsu sudah bisa
bangun? Kau baik-baik saja?” Kali ini ayah dari Hyde yang menghampiriku dengan
senyuman tulus. “Kalian mau pergi lagi? Bagaimana dengan Hyde?” tanyaku
bingung. “Hyde berada di tanganmu lagi Tetsu, hanya kau yang bisa tante
percayakan untuk menjaga Hyde, kalian sudah bersahabat sejak kecil kan? Hyde
pernah bercerita pada tante, dia sangat senang bisa dijaga olehmu,” ujar Nyonya
Takarai sambil menepuk pundakku. “Baik...”
“Tetchan...orang
tuaku pergi lagi untuk bekerja,” ucapnya sambil menyendokan sendok terakhir
bubur untukku.
“Iya, aku
tahu.”
“Apa aku
merepotkanmu, Tetchan?” tanyanya pelan.
“Tidak
kok...”
Setelah
selesai menyuapiku, Hyde membenarkan posisi duduknya di sampingku dan mengambil
apel lalu mengupasnya.
“Terimakasih
dan maafkan aku, padahal aku yang salah tapi Tetchan yang kena, lihat kau jadi
memar begini...aku jadi semakin bersalah,” kata Hyde sambil memberiku satu
piring apel yang sudah dikupas. Hey kemana lagi wajah cerianya itu? Sudah
termakan atmosfir ruangan bersiluet putih ini, huh? Aku mulai memakan apel yang
ia sudah kupaskan dengan garpu, pemandangan yang bisa aku lihat sekarang hanyalah
warna abu di dalam matanya yang sebenarnya berwarna-warni nan indah, aku tak
tahan dengan pemandangan seperti ini.
--
Hyde memandangi
langit berwarna kelam terus-terusan, di tempat dimana saat aku
memperlihatkannya tempat yang bagus untuk melihat pelangi, sepertinya hatinya
masih sakit karena dibohongi Sakura. Aku hanya bisa memandanginya dari jauh di
belakang dan mendekatinya lalu duduk di sampingnya, persis seperti dulu.
“Tetchan...kenapa
pelaginya tidak muncul?”
“Karena
terlalu banyak air hujan yang turun bersamaan dengan ditutupnya dengan awan
mendung,” jawabku asal-asalan karena sekarang aku memang malas diberikan pertanyaan.
Hyde memeluk kakinya dan membenamkan wajahnya diantara kakinya. “Bagaimana
caranya agar pelangi muncul...” gumamnya pelan. Aku menepuk punggungnya dan
mengangkat dagunya, memperlihatkan matanya yang berair dan wajahnya yang masam.
“Aaah,
sepertinya aku tahu penyebabnya!”
“???” Hyde
terlihat bingung sebentar dan menatapku. Aku mengusap air matanya dengan ibu
jariku dan mengelus pipinya yang dingin. “Anggap wajahmu itu langit, matamu
adalah gambaran pelangi, awan mendung dan air hujan turun deras tidak akan bisa
menghasilkan pelangi, begitu juga denganmu...wajah murung dan mata tertutupi
air mata, tidak akan ada senyuman lengkungmu yang indah bagai pelangi dan
matamu yang memancarkan warna-warna yang menakjubkan...sekarang kau harus tahu
apa yang harus kau lakukan...” jelasku melihat perlahan awan mendung menjauh,
Hyde terlihat berpikir sebentar sambil memandangiku.
“Jadi...aku
harus tersenyum untuk melihat pelangi?”
“Indeed,
pelangi senang melihat orang cantik sepertimu karena pelangi juga cantik...lupakan
semua kekecewaanmu, kau hanya bisa terlarut dalam kesedihan yang terus menerus,
lihatlah ke depan, banyak orang yang mengharapkan senyumanmu!” ujarku ngawur
membujuknya agar tidak murung kembali, demi Tuhan melihat wajahnya yang murung
membuatku kesal! Tiba-tiba setelah aku berucap begitu, rintik-rintik hujan
perlahan jatuh tanpa langit diselimuti awan mendung, aku menengok ke arah Hyde
yang memandang lurus kedepan, perlahan air matanya jatuh tanpa gambaran
kesedihan di wajahnya. “...Hyde?” panggilku was-was, mungkin kata-kataku ada
yang menusuk hatinya? Hyde menatapku dan tersenyum manis walau air matanya
masih merembes. “Tuh kan, kau membuatku menangis seperti ini, rasanya senang
sekali...”
Bersamaan dengan itu aku menengadahkan wajahku ke atas dan kulihat
pelangi yang besar dan menakjubkan berada di atas kami, aku langsung menarik
baju Hyde yang sedang mengusap air matanya, ia melihat keatas dan terpukau, aku
bisa melihat dengan jelas sinar matanya yang berubah.
“Kau
berhasil Hyde! Kau membuat pelangi yang benar-benar indah...” ungkapku kagum.
Hyde menggeleng, “kau juga membantuku kan? Hanya kau yang bisa membuatku
seperti ini, arigatou nee, Tetchan!” Hyde memeluk Tetsu sampai mereka berdua
terjatuh di atas rumput, Tetsu menahan wajahnya yang memerah. “Maka dari itu,
jangan perlihatkan wajah murungmu lagi...”
*cup* Hyde
kaget saat Tetsu mencium dahinya sebentar, Tetsu berdiri dan menunjuk salah
satu ujung pelangi terjatuh, “kapan-kapan aku akan mengajakmu kesana...” Hyde
tertawa, memperlihatkan wajahnya yang ceria bak pelangi yang menonton diatas
mereka berdua.
~OWARI~