Rabu, 23 November 2011

Memories, a Rune Factory fanfiction

oOo~ Memories ~oOo

Memories © Black Iris-Kagamine a.k.a Bedwetter XD
Genre: Romance/Tragedy
Rated: T+
Pair: Raguna x Mist
Fandom: Rune Factory Series

!!! Warnings !!!
-Miss Typo
-Tidak nyambung
-etc

Don’t Like, Don’t Read!
~Happy Reading~

~oOo~
Memories

Karpet hijau muda terlihat bergerak-gerak mengikuti semilir angin sore, burung-burung mulai berkicauan di atas laki-laki itu. Gemercik air danau Lake Poli terdengar bersamaan dengan lompatnya satu persatu ikan yang hidup disana. Mist memandang pemuda itu dengan pandangan takjub, tak percaya orang yang disukainya dulu rela menghabiskan tenaganya untuk mencari dirinya yang pergi dari desa karena suatu hal. Dilihatnya Whale Island diatas danau Poli, gadis itu tersenyum dan menghela nafas bersyukur. Tak ingin meninggalkan moment-moment indah di sini bersama orang yang dicintainya....

Raguna membuka matanya sedikit, mengintip Mist yang sedang menghirup udara sore yang begitu segar. Water runey tak sengaja hinggap di atas kepala Mist membuat Raguna hanya bisa tertawa kecil. “Raguna? Kau belum tidur?” Raguna menggeleng pelan. “Aku tidak ingin meninggalkan pemandangan yang indah ini...apalagi denganmu, kan jarang, aku disibukkan dengan banyak pekerjaan...” laki-laki itu tersenyum lembut melihat kearah barat, matahari terbenam tampak indah dari tempatnya berbaring.

“Ohh...hehehe...” Mist terkekeh pelan, perasaannya aneh, ada yang berbeda dari dirinya. “Kuharap aku bisa melihat Turnip Constellation sekarang!” gumam Mist semangat sambil menunjuk ke arah langit yang mulai gelap, “kau mau melihatnya?” Raguna bertanya sambil bangkit dan membersihkan rambutnya dari rumput. Mist mengangguk pasti. “Yup! Aku benar-benar ingin melihatnya....” Mist berpikir sejenak, Raguna dengan sabar menunggu kalimat Mist yang terputus. “...Stella tidak mengijinkanku untuk keluar dari rumah setelah jam enam sore, pintu rumah harus kukunci setiap saat, itu membuatku gila di dalam rumah, apalagi aku ingin pergi ke rumahmu!” Mist terlihat sedikit kesal sambil memanyunkan bibirnya. “Hehehe, tidak usah kesal, minta ijin saja ke Stella bahwa kau mau pergi denganku eh...maksudnya aku yang akan mengantarmu...” Raguna terkekeh pelan. Mist tersenyum senang. “Tentu saja!”

Raguna memandang ke atas langit, “Mist...ayo kita pergi kesana...” Mist tersentak. “Kemana? Bukankah kita mau melihat Turnip?”
“Kalau mau melihat Constellation bukan disini tempatnya Mist...ayo pergi dari sini kutunjukkan tempatnya...” Raguna menarik tangan Mist yang dingin, ia bisa merasakan dinginnya tangan Mist yang kedinginan dan menggenggamnya lebih erat dan pergi dari Lake Poli ke observatory yang tidak jauh dari sana. “Oh...aku kira kita bisa melihatnya dari Lake Poli—“  Raguna menutup bibir Mist dan menunjuk ke atas langit. “Jika kau memang sangat menyukai turnip, pasti kau bisa tau dimana letak bintang itu...” Raguna tersenyum iseng. “Aku sudah menemukannya kok...” Mist takjub memandang langit dan tiba-tiba terdengar bunyi dentuman yang keras dari arah rumah Raguna. “Ah...terjadi lagi...” pemuda itu menghela nafas pelan dan menarik lengan Mist yang masih terpukau melihat langit.

“Uwaaaah...! Keren sekali!” seru Mist saat melihat turnip-turnip banyak bertebaran di dalam rumah Raguna. “Raguna! Ini kan kejadian tahun lalu, saat turnip banyak di dalam rumahmu, ternyata ini penyebabnya...” Mist mengambil satu turnip dan memeluknya. “Ehehe...kau boleh ambil semua turnip itu besamamu...” kata Raguna sambil mengusap kepala Mist. “Benarkah? Terimakasih!”  Mist bersorak senang dan Raguna hanya membalasnya dengan senyum lembut.
“Mist, sudah jam sembilan malam, satu hari ini aku sudah mengajakmu jalan-jalan kan...? Sekarang waktunya kau untuk istirahat, kuantar ya...” Mist menatap Raguna dengan mata sedikit tertutup, “aku...masih ingin disini...”
Pemuda bermata biru tua itu mengerinyitkan alisnya dan membujuk Mist kembali, ia tahu seberapa lelahnya Mist sampai tidak ingin pulang. “Tapi...besok kita bisa bertemu kembali, kalau perlu aku akan mengendongmu sampai rumah.” Raguna membungkuk di depan Mist berharap Mist mau naik keatas punggungnya untuk pulang. “Um...Baiklah...” Mist naik ke punggung Raguna dan memeluk leher pemuda itu, beberapa menit di tengah perjalanan, gadis itu sudah tertidur lelap.

Raguna berhasil menaruh Mist di kasurnya dan menyelimuti gadis blonde di sampingnya, dengan raut muka enggan untuk berpisah, ia mengatakan tepat di samping telinga Mist. “Aishiteru...”

*~oOo~*

Tapi tidak sekarang,memori-memori mereka hanya bisa diingat, semua sudah berubah, tidak akan ada lagi yang bisa membawa Mist ke masa lalu. Bisakah ia menemukan laki-laki sebaik Raguna? Kenapa harus dia yang diambil sang pencipta? Kenapa bukan dirinya? Satu-dua tanya mengorek air mata.

Perempuan berambut blonde itu bagaikan kehabisan bahan bakar, tidak mempunyai semangat hidup, ia medioter, tenggelam diantara dua arus. Akankan ia harus melupakan semua yang pernah ia rasakan bersama pemuda yang dicintainya, daripada harus menahan perasaan sakit setiap ia berada di depan rumah Raguna.

Mist berdiam diri di depan batu nisan bertuliskan nama Raguna, air matanya tak bisa berhenti turun, ia tak bisa mengendalikan kesedihannya. Sembari mengusap batu nisan tersebut, ia menutup matanya dan bergumam, “kenapa kau harus pergi secepat ini?”

~**~ FlashBack ~**~

“Mist....” Raguna tersenyum walaupun keadaannya luka parah, darah dimana-mana bahkan di wajah tampannya. Mist menatapnya dengan pandangan tidak percaya, tidak ingin melihat orang dicintainya bernasip seperti ini. “Aku tidak bisa menolak takdir, jika aku memang ditakdirkan untuk tidak bisa hidup lebih lama lagi, aku akan menerimanya...tapi tak ingin...untuk kau ikut pergi denganku...” Raguna mengusap pipi Mist yang basah akibat air mata dengan segenap kekuatannya. “Jangan...jangan pergi, aku akan membawa Lara kesini!” Raguna menarik tangan Mist yang hendak pergi ke Trampoli, “tidak...banyak monster diluar sana, biarkan Erik dan Danny yang akan mengantarmu pulang...sekarang Gelwein sudah mati, tidak akan ada yang bisa menyakitimu lagi, Mist...aku senang...” Mist menggenggam tangan Raguna sambil bergetar hebat. “Jangan...ini semua salahku...jangan pergi...aku mencintaimu!”
“Mist...aku mencintaimu juga...jadilah perempuan yang baik ya, yang kuat dan tegar, masa begini saja kau nangis...kita pasti akan bertemu lagi...dan mungkin melihat Turnip Constellation bersama lagi...”
Mist terdiam sambil terisak kembali. “Suatu saat...” pemuda itu menutup matanya dengan pelan. Dan badannya mulai terkikis menjadi debu berwarna biru yang terbawa angin. Mist terkesiap dan memegang erat tangan Raguna. “Jangan...!! Jangan pergi!!!”
-SRING!-  (suara sinar)
Hanya debu-debu biru indah yang berada di atas tangan Mist. Akibat dirinya yang diculik Gelwein, ia membuat laki-laki yang ia cintai rela berkorban bahkan menghabiskan nyawanya untuk menyelamatkannya. Butiran kristal bening itu mulai jatuh kembali, ia sudah bisa merasakan bagaimana Raguna mencintai dirinya dari saat ia bertemu dengan Raguna di Trampoli.

Lara berlari menghampiri Mist bersama Danny dan Erik di belakangnya.  Ia terlambat, membuat perempuan berambut merah muda tua itu mengutuk dirinya sendiri. “Mist!” Mist menahan Lara untuk mendekatinya. “Aku...ingin disini...untuk terakhir kalinya...” Lara hanya menatap Mist dari kejauhan dan hanya bisa mengangguk mengerti. Mist menggenggam debu indah itu dan berkata ,“aishiteru...”

~**~ Flashback End ~**~

“Kita bertemu lagi...” Mist mengusap air matanya dan menghadap kebelakang. “Raguna?” pemuda itu hanya merentangkan tangannya, Mist dengan refleks langsung berlari kearah Raguna dan memeluk pemuda itu. “Apa yang kubilang, kita pasti akan bertemu lagi kan? Kau ini cengeng sekali...” kata Raguna sambil menjitak kepala Mist, gadis itu hanya terdiam sambil terisak. “Aku akan sedih terus jika melihatmu seperti ini, apa kau melupakan pesanku dulu?” Mist terdiam sebentar sambil mengusap air matanya, ia menatap Raguna sambil tersenyum getir. “Itu membuatku lebih baik...”
Raguna menarik ujung bibir Mist membuat senyuman yang lebih lebar lagi. “Uh...” Raguna hanya terkekeh pelan, “ingatlah terus pesan-pesanku, semoga kau baik-baik saja, aku sangat mencintaimu Mist, ...dadah...” Mist mendelik dan tiba-tiba terjatuh. Tidak ada seorang pun di sekitarnya, bahkan Raguna sekalipun. Mist mulai berusaha untuk tegar. Ia menaruh bunga emery kesayangannya yang sudah lama ia tanam di atas nisan Raguna. “Memori tentang kita tak akan pernah kulupakan...aishiteru yo...”

~*** OWARI ***~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar